27 Sep 2008

Menjadi Remaja Tangguh

Sungguh benar, pernyataan dalam hadits, bahwa salah satu anak manusia yang sukses mendapat perlindungan khusus di padang Mahsyar adalah pemuda shalih.
"Permuda yang hatinya terikat dengan masjid..." juga, "Pemuda yang tumbuh berkembang dalam ketaatan kepada Allah. "
Pemuda masjid, remaja Ahli Ibadah, memang makhluk langka. Karena itu adalah usia di mana seluruh elemen dalam tubuh, seluruh unsur manusia dalam diri manusia ini, menuntut untuk diberi pengakuan, dan memaksa untuk diberi kepuasan. Segala kepentingan diri yang di masa kanak-kanak berenang-renang di alam khayal, di masa remaja dituntut menjadi nyata.
Sungguh sulit, menjadi orang shalih, di tengah lingkungan serba mengajak bermaksiat. Lebih sulit lagi menjadi remaja shalih, karena keremajaan selalu diidentikkan dengan puncak ketidakstabilan. Saat insting kenakalan sedang liar-liarnya. Menjadi remaja shalih berarti mengekang kuda liar agar menjinak, dan ditunggangi dengan nyaman. Untuk menjadi remaja yang tangguh, kamu perlu belajar menjadi joki yang baik.
Belajar Memahami Realitas
Remaja, seperti digambarkan dalam sebuah iklan rokok: memandang setiap bahaya sebagai petualangan. Dunia remaja, sering melambungkan angan-angan menembus batas realitas. Mereka ingin menjadi siapa saja, dan menjelma menjadi apa saja, sementara mereka belumlah apa-apa. Hasrat dan keinginan seringkali melampaui kapasitas diri dan kemampuan. Maka remaja adalah pribadi yang paling sering lupa daratan. Hidupnya sering di awang-awang. Lebih layak disebut pengkhayal ketimbang sekadar pemimpi kesiangan. Untuk bisa berkwalitas, seorang remaja ternyata harus memaksa diri, turun ke dunia nyata.
Contohnya, ketimbang mempelajari hal-hal yang nyata dan kongkrit: mempelajari rumus-rumus matematika agar menjadi pelajar yang cerdas, menghapal Al-Quran agar menjadi seorang hafizh, menekuni pekerjaan tertentu agar menjadi seorang pakar, kebanyakan remaja justru lebih memilih membaca komik, novel, dan buku-buku cerita seru!
Saat membaca dan tenggelam dalam buku-buku itu, mereka seolah-olah berubah menjadi tokoh yang mereka baca. Secara tiba-tiba saja mereka merasa berbakat seperti ninja dari Desa Konoha kayak dalam kisah Naruto, atau Kenshin Himura, atau menjadi calon petualang hebat seperti Old Satherhand dalam buku karya Dokter Karl May, atau menjelma tiba-tiba menjadi mirip Mahesa Jenar dalam Nogo Sostro Sabung Inten, atau malah si gila Wiro Sableng. Dunia-dunia khayal itu seolah-olah menjadi nyata, dan sepertinya mereka sedang terlibat di dalamnya. Tanpa terasa, mereka bahkan seperti memiliki kemampuan ajaib, tubuh mereka menjadi kuat, dan 'tenaga dalam' bergolak diam-diam dalam tubuh mereka. Mereka berharap akan bertemu manusia-manusia sakti seperti Hatake Kakashi, gurunya Naruto, atau Seijuro Hiko, master jurus Hiten Mitsurugi-nya Kenshin, untuk mengangkat mereka sebagai murid. Karena tulang mereka bagus, bakat mereka melangit. Komik-komik itu membuat mereka mengkhayalkan apa saja, sementara mereka adalah mereka. Saat sadar, mereka baru teringat bahwa mereka hanya remaja-remaja berbadan ceking, atau malah gembrot, yang sedang duduk di sebuah toko komik, dan membolos sekolah! Mengenaskan.
Duhai, mereka ternyata hanya remaja-remaja yang pemalas, yang hanya bisa berfantasi, dan selalu menjadi pecundang di dunia nyata:
Jadilah orang yang rajin, jangan malas. Setiap kemalasan, ujungnya pasti penyesalan..
Maka, remaja yang tangguh adalah yang bergerak di alam nyata. Yang ada di hadapan mereka, itulah yang mereka tatap dengan semangat. Mereka belajar, bekerja, beraktivitas, dan berusaha merengkuh segala yang mampu mereka rengkuh. "Mumpung masih muda, saya harus melalukan segala hal yang terbaik. Saat tubuh sudah rapuh, saya tak akan mampu melakukannya lagi." Itu tekad pemuda sejati.Menjaga Identitas Diri
Jangan malu mengaku sebagai manusia, mengaku sebagai remaja, dan mengaku sebagai muslim. Itu sikap yang harus dimiliki setiap remaja beriman.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran : 19)
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran : 85)
Jagalah identitas asli kita sebagai manusia, sebagai remaja, dan sebagai pemeluk agama Islam. Soal gaul, modis, trendi, itu hanya pelampiasan dari orang-orang yang kehilangan identitas diri. Sekolah, bukan tempat yang harus dibenci. Masjid, jangan menjadi lokasi yang paling dijauhi. Buku-buku pelajaran, kitab kumpulan hadits dan dzikir, Al-Quran sebagai Kitab Suci, harus menjadi sesuatu yang paling banyak menemani kita. Merasalah malu, bila kamu jauh dari semua itu. Saat kamu berhasil melakukan itu, semua teman dan lawan akan menghormati kamu. Siapa pun akan merasa segan kepada kamu. Tapi saat kamu larut dalam gelombang kehidupan remaja, tak ada orang yang akan menganggap kamu hebat dan punya segalanya. Menjadi populer, beken dan banyak teman pun kamu tak lantas dihormati. Bahkan akan lebih banyak yang mencibir diam-diam. "Orang beken, tapi goblok, malu-maluin!"
Manusia menjadi mulia karena sadar bahwa sebagai manusia ia hanya ciptaan, bukan pencipta. Ia hanya penyembah, bukan yang disembah. Dari kesadaran itu, kita akan tahu bahwa isi hidup kita tak mungkin lari dari tugas-tugas sebagai hamba Allah. Wah, betapa beratnya tugas kita sebagai pemuda. Saat glamour kehidupan remaja masa kini semakin menjanjikan sejuta keindahannya, kita justru berlari ke tepi sejadah, bersujud dan merunduk pasrah di hadapan Allah. Saat kebanyakan teman-teman kita sedang tertawa riang menyaksikan pentas-pentas remaja, kita justru asyik masyuk dengan dzikir dan wirid seusai shalat. Tapi yakinlah, di situlah letak kebahagiaan sejati. Lihatlah, setelah bersuka ria, mereka akan pulang dengan lunglai, seperti kehabisan darah. Saat kembali ke dunia nyata, mereka baru sadar bahwa apa yang mereka lakukan hanya kesia-siakan belaka.Membentuk Lingkungan Sendiri
Untuk menjadi remaja yang tangguh, jangan rela dibentuk oleh lingkungan. Berusahalah untuk membuat dan menciptakan lingkungan. Sebagai remaja muslim, ubahlah label di setiap hal yang melingkari Anda menjadi islami.
Kalau engkau memperturuti (keyakinan atau amalan) kebanyakan manusia di bumi ini, pasti mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al-An'aam : 116)
Kita boleh tinggal di tempat berbeda-beda, memiliki kawan dan kenalan di mana-mana, berpindah ke mana saja kita dibawa orang tua kita. Tapi setiap kita menemui sebuah lingkungan, kita harus mampu menguasainya. Jangan mudah larut oleh suasana lingkungan, tapi buatlah agar lingkungan itu terpengaruh dengan kehadiran kita. Caranya sesungguhnya mudah saja. Buat saja aktivitas, kebiasaan seperti yang sudah biasa kita lakukan. Selama itu baik dan benar, lakukan saja. Biarlah kebanyakan orang di lingkungan itu tidak terbiasa melakukannya. Lama-kelamaan, pasti akan berkerumun juga teman-teman yang menyukai kita. Bila ada masjid sepi, kita lah yang memakmurkannya. Bila di kampung itu jarang terdengar suara bacaan Al-Quran, kita lah yang melantunkannya. Sederhana saja, tapi kadang butuh mental yang kokoh. Dan ternyata, asal ada ilmu, dan kita selalu mendekatkan diri kepada Allah, mental kuat itu akan dengan sendirinya menjadi milik kita. Percaya deh.Duhai, betapa benar ungkapan Imam Syafi'i,
Sesungguhnya pemuda sejati adalah yang berilmu dan bertakwa…
(ustadz abu umar basyir)

22 Sep 2008

TIGA SUMBER SEGALA DOSA


Nabi SAW bersabda, ''Tiga hal yang merupakan sumber segala dosa, hindarilah dan berhati-hatilah terhadap ketiganya. Hati-hati terhadap keangkuhan, karena keangkuhan menjadikan iblis enggan bersujud kepada Adam, dan hati-hatilah terhadap tamak (rakus), karena ketamakan mengantar Adam memakan buah terlarang, dan berhati-hatilah terhadap iri hati, karena kedua anak Adam (Qabil dan Habil) salah seorang di antaranya membunuh saudaranya akibat dorongan iri hati." (HR Ibn Asakir melalui Ibn Mas'ud). Jiwa manusia diliputi oleh sifat takabur pada saat manusia merasa memiliki kelebihan, baik berupa ilmu pengetahuan, harta benda, ataupun jabatan. Dalam keadaan seperti ini, setan tidak akan tinggal diam, dia akan membisikkan dan memasang perangkap untuk menjerumuskan manusia dengan melakukan tindakan yang tidak terpuji. Seperti, mencela, menghina, dan merendahkan orang lain.Sifat kedua yang diingatkan pada kita untuk mencermatinya adalah sifat tamak (rakus). Sering kali kita melihat betapa rakusnya manusia dalam mempertahankan apa yang sedang dalam genggamannya, baik berupa harta, kekuasaan, ataupun kedudukan. Sama sekali ia tidak mau berbagi dan hanya mau dinikmati sendiri. Ia tidak pernah merasa cukup dan tidak pernah bersyukur atas apa yang diperolehnya. Padahal, Allah SWT menjanjikan dan mengingatkan berulang kali kepada manusia bahwa sekecil apa pun perbuatan baik yang kita lakukan tidak akan sia-sia. ''Barang siapa yang mau berbuat baik walau sebesar biji dzara pun Allah SWT akan membalasnya.'' (QS Alzalzalah [99]: 7). Ketiga, hasud atau iri hati. Dengki atau iri hati adalah perasaan tidak rela atau tidak suka melihat orang lain mendapatkan kebaikan atau kenikmatan. Ketika dalam diri manusia telah tertanam sifat dengki, ia akan menghalalkan segala cara untuk menghancurkan orang yang ia dengki. Ia tidak senang melihat orang lain sukses, pintar, hidup bahagia, dan lebih kaya darinya. Sikap seperti ini akan menghapus segala bentuk kebaikan yang selama ini ia peroleh. Perbuatan baiknya akan sia-sia karena dalam dirinya terdapat sifat iri hati. Takabur, tamak, dan hasud merupakan tiga perangai buruk yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang tidak terpuji. Karena itu, Rasulullah SAW selalu mengingatkan kepada kita untuk menjauhi tiga hal yang menyebabkan manusia terjerumus dalam tipu daya setan. Wallahu a'lam bish-shawab
KEKUATAN IKHLAS
Ikhlas adalah melakukan amal, baik perkataan maupun perbuatan ditujukan untuk Allah semata. Alquran menyuruh kita ikhlas (QS Yunus [10]: 105). Rasul SAW mengingatkan, ''Allah tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.'' (HR Abu Dawud dan Nasa'i). Imam Ali RA juga berkata, ''Orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amal diterima oleh Allah.''Kendati bersimbah peluh, berkuah keringat, menghabiskan tenaga, menguras pikiran, kalau tidak ikhlas, sebesar apa pun amal, sia-sia di mata Allah. Maka, sungguh rugi orang yang bertempur, mempertaruhkan nyawa dengan niat ingin disebut pahlawan, atau orang yang sedekah habis-habisan hanya ingin disebut dermawan. Seorang sufi menuturkan, ''Ikhlas berarti engkau tidak memanggil siapa pun selain Allah SWT. Untuk menjadi saksi atas perbuatanmu.'' Ikhlas menjadi benar-benar teramat penting yang akan membuat hidup ini menjadi indah, ringan, dan bermakna.Ikhlas akan membuat jiwa menjadi independen, merdeka, tidak dibelenggu pengharapan akan pujian. Hati menjadi tenang karena ia tidak diperbudak penantian mendapat penghargaan ataupun imbalan dari makhluk. Penantian adalah hal yang tidak nyaman, menunggu pujian atau imbalan adalah hal yang dapat meresahkan, bahkan bisa mengiris hati bila ternyata yang datang sebaliknya, caci maki. Orang yang tidak ikhlas akan banyak menemui kekecewaan dalam hidup, karena ia banyak berharap pada makhluk yang lemah, ia mengikatkan diri pada tali yang rapuh.Jabatan tak kan membuat terpesona hati orang yang ikhlas. Ia tidak ujub dengan jabatan setinggi langit, dan tidak minder dengan jabatan yang rendah. Dalam benaknya Allah menilai bukan dari jabatan, tapi tanggung jawab terhadap amanah dari jabatannya itu. Ia sangat yakin akan janji dan jaminan Allah yang Mahakaya.Justru imbalan manusia tiada apa-apanya dibanding imbalan Allah SWT. Sungguh tak ada risau, tak khawatir ditipu, dikhianati, bila dekat dengan seorang hamba yang ikhlas. Justru sebaliknya, orang akan merasa nyaman karena sikap dan tutur katanya menghargai dan menyejukkan, penuh manfaat, karena orang yang ikhlas perhatiannya fokus memberi yang terbaik untuk Allah yang selalu menatapnya. Imbasnya akan memberi kebaikan pada orang yang berada di kanan-kirinya. Dan Allah beri penghargaan pada mereka (QS An-Nisa [4]: 146). Subhanallah, adakah yang lebih berharga dari pemberian Allah? Maka, nikmat Tuhan manakah yang kita dustakan?